Sebuah pelatihan penting dengan tema “Strategi Advokasi” telah diselenggarakan Minggu (5 Mei 2024) di Kalikuma Library yang terletak di depan Kolam Renang Bima Tirta, Ule, Kota Bima. Kegiatan ini merupakan bagian dari rangkaian La Rimpu In-House Training yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan para fasilitator La Rimpu dalam mengadvokasi isu-isu yang relevan dan berkembang di masyarakat.
Pelatihan kali ini diikuti oleh para fasilitator La Rimpu, yang menunjukkan semangat dan antusiasme luar biasa untuk belajar dan berkembang. Peserta mendapatkan kesempatan berharga untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan langsung dari narasumber langsung dari tim Wahid Foundation, Jakarta, yaitu Libasut Taqwa, biasa dipanggil Mas Libas. Mas Libas dikenal sebagai seorang ahli dalam bidang advokasi, dan kehadirannya memberikan wawasan mendalam serta inspirasi bagi peserta pembelajar.
Selama sesi pelatihan, Mas Libas, didampingi Mas Fanani dan Mbak Kiki, membahas berbagai strategi advokasi yang efektif, mulai dari analisis isu hingga perencanaan kampanye advokasi yang terstruktur. Para fasilitator diajak untuk memahami pentingnya pendekatan berbasis data dan fakta dalam menyusun strategi advokasi yang dapat memberikan dampak nyata. Selain itu, peserta juga diajarkan teknik komunikasi persuasif dan cara membangun koalisi dengan berbagai pemangku kepentingan (stakeholders).
Tidak hanya teori, pelatihan ini juga dilengkapi dengan sesi praktek langsung. Di akhir sesi, para fasilitator dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil dan diberikan kesempatan untuk mempraktekkan apa yang telah dipelajari. Fasilitator diminta untuk merancang dan mempresentasikan sebuah rencana advokasi untuk isu tertentu, dengan bimbingan langsung dari Mas Libas. Sesi praktek ini tidak hanya membantu para fasilitator mengasah keterampilan, tetapi juga memperkuat kolaborasi dan kerjasama antaranggota tim.
Semangat para fasilitator La Rimpu dalam mengikuti pelatihan ini sangat menonjol. Dengan dedikasi tinggi, mereka berusaha menyerap setiap informasi dan memanfaatkan kesempatan untuk berdiskusi serta bertanya kepada narasumber. Hal ini menunjukkan komitmen mereka dalam memperjuangkan isu-isu penting di masyarakat, serta tekad untuk menjadi agen perubahan yang efektif.
Pelatihan yang berlangsung secara santai ini bukan hanya menjadi ajang belajar, tetapi juga mempererat ikatan antarsesama fasilitator dan membangun jaringan yang lebih kuat di antara mereka. Dengan bekal ilmu dan keterampilan baru, para fasilitator La Rimpu kini siap untuk menghadapi tantangan advokasi di lapangan dan memberikan kontribusi positif bagi masyarakat.[] Feriyadin