Rombongan Kedutaan Besar Belanda, UN Women, Wahid Foundation, dan La Rimpu melakukan kunjungan ke Kabupaten Bima dalam rangka silaturahmi dan penguatan komitmen program desa damai dengan pemerintah daerah dan stakeholders di Kabupaten Bima pada Senin-Selasa, 6-7 Mei 2024.

Dalam kunjungan tersebut, Kedubes Belanda dan UN Women berkesempatan beraudiensi langsung dengan Bupati Bima, Hj. Indah Dhamayanti Putri. Selain Bupati, hadir juga beberapa perwakilan instansi dan tim Wahid Foundation serta La Rimpu.

Dalam sambutannya, Bupati Bima menyampaikan apresiasinya kepada La Rimpu yang selama ini telah banyak berkontribusi untuk pemberdayaan perempuan di Kabupaten Bima. Lebih lanjut, ia menyampaikan program desa damai menjadi salah satu solusi yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Bima.

“Kabupaten Bima ini termasuk salah satu daerah lumbung pangan. Namun, salah satu tantangan berat yang kami hadapi ialah konflik antar desa yang banyak terjadi selama ini dapat menghambat mobilisasi dan distribusi hasil pertanian kami. Oleh karena itu, kami sangat senang, program desa damai ini hadir di Kabupaten Bima,” terang Bupati perempuan pertama di NTB ini.

Selain program desa damai, La Rimpu sejak 2018 telah banyak melaksanakan program pemberdayaan perempuan bekerja sama dengan Pemkab. Bima. La Rimpu terus mendorong agensi dan memperkuat potensi perempuan Bima sebagai aktor penting dalam mendamaikan konflik  yang terjadi di Kabupaten Bima secara menyeluruh dengan welas asih.

“Bagi saya, La Rimpu bukan hanya menyentuh di ujung jari. Tapi secara menyeluruh yang bisa meneduhkan dan mendamaikan. Apalagi analogi yang dipakai ialah rimpu. Salah satu kekhasan yang dimiliki oleh dou Mbojo (masyarakat Bima),” jelas Bupati.

Bupati Bima, Hj. Indah Dhamayanti Putri (Tengah) bersama Sophie van Huut (kanan) dan Xinyue Gu (kiri) dengan mengenakan rimpu

Pada kesempatan tersebut, Perwakilan Kedubes Belanda bidang politik, Sophie van Huut merasa terhormat dan bangga atas komitmen yang ditunjukkan oleh perempuan-perempuan Bima untuk berdaya dan menggali potensinya. Tak hanya itu, ia merasa kagum atas powerfull-nya kelompok perempuan dan ia menyaksikan langsung bagaimana komunitas perempuan akar rumput itu berdaya walau banyak keterbatasan dan tantangan yang dihadapi.

“Kami banyak membaca hasil riset dan berita tentang Bima. Itulah tantangannya. Namun, hari ini menjadi bukti bahwa komunitas perempuan di Bima sangat antusias dan powerfull untuk berdaya. Saya melihatnya langsung. Kalembo ade.” Terang Sophie di hadapan hadirin.

Sementara itu, Programme Analyst Women Peace and Security UN Women Indonesia, Xinyue Gu menekankan kerja sama dan kolaborasi multipihak untuk mencapai tujuan program pemberdayaan perempuan. “Perempuan memiliki potensi luar biasa untuk menjadi agen perubahan di komunitas dan masyarakat mereka. Oleh karena itu, agensi dan kapasitas bertindak mereka harus ditingkatkan terus,” jelasnya.

Audiensi yang berlangsung kurang lebih satu setengah jam tersebut juga bertujuan untuk mendengar pengalaman La Rimpu selama program desa damai ini dilaksanakan. Program yang menyasar lima desa di Kabupaten Bima (Desa Dadibou, Kalampa, Penapali, Roka, dan Renda) ini sejak awal tahun ini banyak melibatkan aktor-aktor perempuan desa.

La Rimpu telah merekrut lima perempuan setiap desa untuk menjadi fasilitator desa. Kemudian setiap fasilitator kembali merekrut dua puluh perempuan di desanya masing-masing untuk dilatih dan difasilitasi untuk menggali potensinya.

Dalam kesempatan audiensi tersebut hadir juga Direktur La Rimpu, Prof. Atun Wardatun. Dalam pemaparannya, ia menyampaikan terima kasih atas kepercayaan banyak pihak kepada La Rimpu terutama kepada Pemkab. Bima yang selama ini selalu percaya dan dengan tangan terbuka berkolaborasi dengan La Rimpu. Selain itu, ia menambahkan pentingnya pengarusutamaan perempuan sebagai agen pembangunan dan perdamaian. 

“Laki-laki dan perempuan itu harus menjadi tim. Saya selalu mengibaratkannya seperti kaki. Kaki itu harus selalu beriringan agar dapat berjalan dengan baik. Tidak boleh saling meninggalkan satu sama lain,” tandas penulis buku Perempuan NTB Mendunia ini.

Lebih lanjut, pihak Wahid Foundation juga menyampaikan pentingnya perempuan sebagai aktor perdamaian. Di hadapan Bupati Bima, Direktur Wahid Foundation menyampaikan ucapan terima kasihnya atas sambutan yang luar biasa dari Pemkab. Bima.

“Wahid Foundation berkomitmen untuk melanjutkan komitmen Gus Dur. Salah satunya perhatiannya kepada perempuan. Dengan melihat komitmen dan perhatian dari Pemkab. Bima kami berencana untuk menambah dua sampai tiga lagi desa dampingan di Kabupaten Bima ini,” cetus Mujtaba Hamdi.

Setelah selesai audiensi, rombongan Kedubes Belanda, UN Women, Wahid Foundation, dan La Rimpu menghadiri community dialogue di Desa Dadibou. Rombongan disambut langsung oleh Kepada Desa Dadibou, Abdul Azis dan masyarakat Dadibou. Kegiatan tersebut bertujuan untuk mendengar aspirasi dan harapan masyarakat untuk program desa damai. Selain itu, juga menyamakan persepsi dengan tajuk Nuntu ro Nggahi Kasama Weki. []