Masa kanak-kanak terutama pada usia toddler merupakan masa dimana rasa penasaran dan rasa ingin tahu terhadap benda-benda dan lingkungan sekitar amat lah tinggi. Keingintahuan yang besar pada anak usia tersebut merupakan suatu siklus yang wajar dalam periode tumbuh kembang anak.
Toddler sendiri merupakan periode pertumbuhan dan perkembangan pada anak-anak yang berusia antara 12-36 bulan atau 1-3 tahun. Pada periode tersebut, anak-anak menunjukkan perkembangan motorik yang lebih lanjut serta menujukkan kemampuan aktivitas lebih banyak bergerak, mengembangkan rasa ingin tahu, dan akan mengeksplorasi lingkungan sekitar dengan menggunakan seluruh panca indera yang mereka miliki.
Pada periode toddler, perkembangan otak anak juga akan lebih cepat merespon segala hal yang diberikan oleh lingkungan tanpa memperhitungkan dampak yang kemudian akan menimpanya. Peningatan kemampuan motorik pada anak, menjadikan mereka tidak betah berlama-lama berdiam diri, sehingga mereka lebih sering berlarian, kejar-kejaran, berlajan-jalan, berlompat-lompatan, naik-turun tangga, serta aktivitas-aktivitas fisik lainnya.
Ancaman Kecelakaan Anak Toddler
Anak laki-laki biasanya lebih banyak mengalami kecelakaan terutama saat bermain dibandingkan anak perempuan karena mereka lebih aktif dan banyak menggunakan keterampilan motorik kasarnya, seperti berlari, melompat, memanjat, dan bersepeda. Sedangkan anak perempuan kecenderungannya lebih banyak bermain dan menggunakan keterampilan motorik halus seperti bermain boneka, masak-masakan, dan bermain peran.
Besarnya rasa ingin tahu dan tingginya keinginan mengeksplorasi lingkungan sekitar, bersamaan pula dengan ancaman resiko kecelakaan pada anak. Hal tersebut dipengaruhi belum sempurnanya kemampuan koordinasi otot dan alat gerak pada anak toddler. Ancaman bahaya yang berkemungkinan terjadi pada anak toddler, antara lain jatuh/luka akibat bermain lompat-lompatan, terpeleset mengendarai sepeda, tenggelam, keracunan, terbakar, tertabrak karena lari mengejar bola/balon, aspirasi, asfiksia, dan melukai diri sendiriakibat bermain dengan benda-benda tajam. Ancaman bahaya tersebut dapat mengakibatkan cedera ringan, cedera berat, cacat permanen, bahkan sampai menyebabkan kematian.
Data dari Word Health Organization (WHO) menyebutkan bahwa tidak kurang dari 875.000 anak di bawah 18 tahun di seluruh dunia meninggal per tahun diakibatkan karena cedera, baik Itu cedera yang disengaja maupun yang tidak disengaja. UNICEF memperkirakan terhitung 8,8 juta kecelakaan yang mengakibatkan kematian pada anak toddler di seluruh dunia, dengan lebih dari 40% kematian di antaranya terjadi di negara-negara berkembang, seperti India, Kongo, Nigeria, dan negara Asia lainnya, termasuk Indonesia. Sedangkan yang terjadi di Indonesia sendiri, menurut Riset Kesehatan Dasar, prevalensi kejadian cedera menyampai angka 9,2% dari jumlah penduduk Indonesia.
Data yang penulis peroleh dari berbagai sumber, didapatkan penyebab cedera yang frekuensinya sering muncul yaitu pada umur 1-4 tahun antara lain terjatuh ada pada angka 79,4 %, kecelakaan sepeda motorsebesar 6,5 %, transportasi darat lainnya sebesar 5,4 %, terluka karena benda tumpul/tajam sebanyak 4,2 %, kejatuhan sebanyak 2,3 %, terbakar sebanyak 1,5 %, dan gigitan hewan sebanyak 0,3 % .
Pengetahuan Orangtua pada Pencegahaan Kecelakaan
Pengetahuan orangtua mengenai pertumbuhan dan perkembangan anak usia toddler perlu disertakan dengan pemahaman tentang pentingnya pencegahan terhadap bahaya yang dapat terjadi pada anak usia tersebut.
Orangtua yang memiliki pengetahuan tentang pencegahan terhadap bahaya akan menilai atau bersikap dan berperilaku terhadap pengetahuan tersebut. Semakin baik pengetahuan orangtua tentang pencegahan kecelakaan, maka semakin rendah risiko terjadinya kecelakaan pada anak toddler. Sebaliknya, semakin kurang pengetahuan orangtua tentang pencegahan kecelakaan, maka semakin tinggi risiko terjadinya kecelakaan pada anak toddler.
Pada penecegahan kecelakaan, responsbility atau tanggunjawab orangtua menjadi hal paling utama. Orangtua yang memiliki sikap positif akan selalu waspada dan berusaha untuk melakukan pencegahan berupa pengawasan pada sang anak. Pengawasan dapat dilakukan oleh orangtua, karena dalam beraktivitas anak tidak memperhatikan bahaya yang mungkin akan terjadi. Orangtua dapat melakukan pengawasan pada saat anak bermain di dalam maupun di luar rumah. Berbeda Orangtua yang memiliki sikap negatif seperti sikap terlalu membiarkan anaknya, akan berdampak pada keamanan dan keselamatan hidup anak tersebut.
Bagaimanapun orangtua merupakan pihak yang paling utama dan paling bertanggung jawab terhadap kebutuhan dan keselamatan anak, sehingga mereka harus memahami karakteristik dan perilaku anak serta menyadari potensi bahaya yang dapat menimbulkan kecelakaan. Untuk menghindari atau meminimalisir terjadinya kecelakaan dan hal-hal yang tidak diinginkan pada anak, maka orangtua perlu memiliki pengetahuan tentang pencegahan kecelakaan pada anak dan juga ditunjang sikap yang positif tentang pencegahan kecelakaan pada anak toddler.
Terakhir, kejadian kecelakaan pada anak toddler dapat dicegah dan diminimalisir dengan melakukan berbagai upaya di antaranya adalah selalu waspada terhadap setiap gerak yang diakukan anak, memberikan alat bemain yng sesuai dengan umur dan tidak membahayakan anak, melakukan pengawasan dengan cara memberi perhatian dan bermain bersama anak, serta memodifikasi lingkungan agar aman bagi anak, seperti menyimpan benda-benda tajam di dalam lemari yang dapat dikunci, membuat tempat khusus untuk menyimpan zat-zat berbahaya, dan memastikan lantai harus tetap bersih dan kering.[]
Zainal Abidin, Eksponen La Rimpu, berhidmat di Rumah Sakit Kota Bima