Zilla Boyer, Sekretaris Kedua Bidang Politik Kedutaan Besar Belanda untuk Indonesia dan perwakilan UN Women yang diwakili oleh Edwin dan Dwi Juliaqari terkesan dengan praktik baik yang ditunjukkan oleh masyarakat Desa Kalampa, Kabupaten Bima.
Dalam kunjungannya di Kantor Desa Kalampa Rabu, 28 Agustus 2025 kemarin, Zilla Boyer mengikuti kegiatan dengan penuh antusias. Kunjungan ini bertujuan untuk mendenganrkan langsung praktik baik yang sudah dilakukan masyarakat Desa Kalampa selama Program Desa Damai.
Desa Kalampa merupakan salah satu desa dampingan Program Desa Damai (Kampo Mahawo) yang selama dua tahun belakangan terus didampingi oleh tim La Rimpu. Program Desa Damai (Kampo Mahawo) ini merupakan program kerja sama UN Women, Kedutaan Besar Belanda, Wahid Foundation, dan La Rimpu. Selain Desa Kalampa, Program Desa Damai ini juga menyasar empat desa lain di Kabupaten Bima, Desa Renda, Roka, Penapali, dan Dadibou.
Dalam kegiatan tersebut, rombongan disambut Kepala Desa Kalampa, Burhanuddin H. A Rasyid. Selain itu, rombongan juga disambut dengan hadrah dan tari wura bongi monca dari sanggar seni desa setempat. Dalam tradisi masyarakat Bima, tari ini merupakan salah satu tari penyambutan tamu yang diniatkan sebagai ucapan rasa syukur dan keterbukaan masyarakat Desa Kalampa dalam menerima tamu dari berbagai latar belakang.
Dalam kegiatan ini, masyarakat berdialog dan menyampaikan praktik baik yang selama ini dilakukan di Desa Kalampa. Yulies, dari UN Women, yang memimpin dialog ini menegaskan pentingnya peran komunitas lokal dan perempuan dalam membangun perdamaian masyarakat.
Turaya, perwakilan kelompok perempuan dan pelaku UMKM di Desa Kalampa menyampaikan apresiasinya pada Program Desa Damai ini. Kelompok perempuan banyak dilibatkan dalam berbagai keputusan dan peran anak muda semakin terlihat dalam rawi mori ra rawi made (kegiatan masyarakat) di tengah-tengah masyarakat Desa Kalampa.
“Saya senang adanya program ini, saya merasa sangat dihargai dan suara saya semakin didengar. Kesempatan untuk kenal dan bertemu banyak orang dari desa lain semakin terbuka. Sebagai kelompok UMKM, saya berharap bukan hanya saya yang bertumbuh tetapi juga teman-teman lain diberi ruang dan kesempatan yang sama untuk mengakses pelatihan, program, dan kegiatan-kegiatan yang membuat kapatisan mereka berkembang.” Ungkap Turaya.
Selain itu, ia juga menegaskan pentingnya perdamaian di Desa Kalampa dan di Kabupaten Bima ini agar kegiatan ekonomi dan perdagangan bisa berjalan dengan baik. Dalam suasana konflik, kegiatan UMKM di desa pasti akan terganggu. Turaya merasakan betul pada saat konflik antar Desa Kalampa dan Dadibou beberapa tahun lalu, sebagai pelaku UMKM yang membutuhkan bahan pokok di Desa Dadibou, dalam kegiatan ini, negosiasi, dialog, dan rasa saling membutuhkan menjadi salah satu ruang untuk kami meminimalisir konflik yang terjadi.
Kepada tim larimpu.org, Miratun Syarifah sebagai Program Officer La Rimpu menjelaskan bahwa Program Desa Damai (Kampo Mahawo) ini merupakan program yang baik bagi masyarakat dan kelompok perempuan untuk tumbuh, bersuara, dan dipercaya menjadi salah satu aktor penting dalam perubahan dan perdamaian masyarakat.
“Oh, jelas, program ini bukan sekadar singgah, datang kemudian, pergi begitu saja. Tidak! Dan kami tidak akan begitu. Ini akan terus berlanjut, menguatkan, dan memberi manfaat untuk dana ro rasa ndai.” Tandasnya. [ARA]