Wahid Foundation dan La Rimpu kembali menggelar Kelas Inisiator Perdamaian (KIP) Batch 2 bagi kelompok muda dari lima desa dampingan Program Desa Damai (Kampo Mahawo) di Kabupaten Bima.

Program Desa Damai (Kampo Mahawo) ialah program kerja sama UN Women, Wahid Foundation, dan La Rimpu. Kelas Inisiator Perdamaian kali ini berlangsung pada 4-5 Maret 2025 di Hotel Marina Inn, Kota Bima.

Kegiatan ini dihadiri oleh 25 anak muda perwakilan lima desa dampingan Program Desa Damai (Kampo Mahawo) yakni Desa Renda, Desa Roka, Desa Kalampa, Desa Dadibou, dan Desa Penapali.

Baca juga: Dilibatkan dalam Kelas Inisiator Perdamaian, La Rimpu Siap Wujudkan Perdamaian

Sebelumnya, Wahid Foundation juga telah melaksanakan Kelas Inisiator Perdamaian pada 1-2 November 2024 lalu. Pada KIP pertama lalu, sebanyak 25 anak muda Desa Damai dikenalkan nilai-nilai Gus Dur hingga menggali potensi desa mereka.

Kali ini, KIP difokuskan untuk meningkatkan kapasitas kelompok muda hingga manajemen dan branding organisasi kepemudaan. Hal ini bertujuan agar mendukung keberlanjutan inisiatif perdamaian yang digagas oleh pemuda di tingkat desa.

M. Zainal Fanani selaku Community Development Officer Wahid Foundation dalam sambutannya menekankan pentingnya peran pemuda dalam membangun ketahanan sosial berbasis komunitas dalam mendeteksi dan merespons potensi konflik di tingkat desa.

“Peran pemuda dalam membangun perdamaian juga sangat besar dampaknya, oleh karena itu, kontribusi pemuda harus bisa dijembatani dengan baik untuk membangun perdamaian hingga merenspons potensi konflik yang terjadi di desa.” Tegasnya.

Adapaun tujuan dari kegiatan ini, pertama, meningkatkan kapasitas kepemimpinan, khususnya dalam manajemen organisasi berbasis pemuda. Kedua, memahami dan menerapkan strategi branding organisasi, sehingga gerakan sosial dan inisiatif perdamaian dapat dikenal lebih luas dan berdampak lebih besar. Ketiga, meningkatkan keterlibatan pemuda dalam implementasi Community Empowerment for Women’s Empowerment and Resilience to Security Threats (CEWERS), sebagai bagian dari komitmen membangun desa yang lebih damai dan inklusif.

Kelompok Muda Desa Dadibou sedang mempresentasikan hasil diskusi mereka

Pada hari pertama kegiatan, peserta menerima materi mencakup prinsip dasar manajemen organisasi, teknik komunikasi, branding organisasi, serta pemanfaatan media digital untuk menyebarkan pesan perdamaian dan inisiatif komunitas.

Oktanta Tri Hatmoko selaku fasilitator kegiatan menggali potensi peserta berkaitan dengan peran pemuda dalam membuka ruang komunikasi yang tepat dan efektif dalam berkolaborasi antar pemuda dan masyarakat desa.

 “Pemuda mempunyai peran strategis dalam membangun desa. Banyak cara teman-teman, misalnya melalui pendekatan komunikasi yang efektif, peningkatan kepercayaan (trust) pada pemuda, atau dengan gerakan yang viral dan mendapat perhatian publik secara luas.” Jelasnya.

Baca juga: Membangun Kapasitas Pemuda Desa dengan Kampo Mahawo (1)

Selain itu, fasilitator membuka ruang dialog dengan peserta, Eka, perwakilan dari Desa Roka menyoroti tantangan komunikasi antara pemuda dan perangkat desa. Sebab, selama ini selalu ada celah (gap) yang terjadi jika pemuda membuka komunikasi dengan pemerintah desa. Dengan begitu, pemuda juga banyak yang akhirnya sungkan dan pasif dengan isu-isu yang ada di desa.

Menanggapi hal tersebut, fasilitator menyarankan agar gaya komunikasi dilakukan dengan memahami konteks dan cara berpikir dari perangkat desa. “Komunikasi bukan hanya soal berbicara, tetapi juga mendengarkan. Jika kita ingin ide kita diterima, maka kita harus memahami cara berpikir mereka terlebih dahulu,” Jelasnya.

Pada hari kedua, kegiatan berfokus peningkatan keterampilan dokumentasi pemuda. Materi ini berisi teknis pengambilan gambar yang baik dan tepat. Lebih jauh, hal ini, untuk membangun pemahaman mendalam tentang bagaimana dokumnetasi visual yang dihasilkan dapat menggerakkan emosi, menginspirasi tindakan, dan memperkuat narasi perdamaian.

Selain itu, peserta juga diajak untuk langsung untuk membuat desain visual dengan menggunakan aplikasi PicsArt dengan tema perdamaian. Lebih lanjut, peserta juga diajak untuk merancang kegiatan-kegiatan bertema perdamaian di desa. Mulai dari teater perdamaian, kampanye perdamaian di media massa, hingga pertujukan musik yang bertema harmoni dan solidaritas sosial.

Di akhir kegiatan peserta, peserta melakukan dokumentasi bersama dan memperoleh sertifikat dari panitia untuk kegiatan Kelas Inisiator Perdamaian Batch 2. [ARA]