Sekolah Rintisan Perempuan untuk Perubahan (La Rimpu) terlibat dalam kegiatan Kelas Inisiator Perdamaian Desa/Kelurahan yang berlangsung di Rumah Dining, Kota Bima, 1-2 Februari 2025.
Kegiatan ini merupakan kelanjutan dari Program Pemberdayaan Perempuan untuk Perdamaian Berkelanjutan (Nexus) hasil kerja sama UN Women, KOICA, Wahid Foundation, La Rimpu, dan LP2DER. Program yang menyasar empat desa di Kabupaten Bima dan tiga kelurahan di Kota Bima.

Hadir, Rizkiana Alba selaku Knowledge Management Officer Wahid Foundation dalam pemaparannya menyampaikan tujuan dari kelas inisiator perdamaian ini untuk menguatkan kapasitas teman-teman di desa dan kelurahan untuk menjadi pionir dan agen perdamaian di tengah-tengah masyarakat.
Selain itu, Rizkiana Alba menambahkan bahwa program Nexus ini ialah untuk membangun kohesi sosial yang melibatkan partisipasi masyarakat inklusi. Lanjutnya, bahwa Nexus ini juga melihat dampak yang luas untuk kebencanaan dan isu-isu perubahan iklim.
“Kita harus bersinergi, bagaimana dampak bencana alam yang terjadi semakin dekat dengan kita dan bagaimana kapasitas perempuan bisa diperkuat.” Jelasnya.
Pada kegiatan ini juga hadir BPBD Kabupaten Bima yang diwakili Kabid Pencegahan dan Kesiapsiagaan, Hardiansyah, S.S., M.M. Pria yang akrab disapa Dian ini mengungkapkan pentingnya kolaborasi multistakeholders dalam upaya meminimalisir konflik dan penanggulan bencana.
Baca juga: Perkuat Agensi Perempuan, La Rimpu Menggelar Pelatihan Advokasi dan Kepemimpinan Perempuan
Selain itu, ia juga mengingatkan pentingnya peran tokoh agama dengan kapasitasnya untuk menyampaikan pesan-pesan keagamaan yang berkaitan dengan pencegahan dan kepedulian kita terhadap lingkungan.
“Penting juga kita lakukan semacam khutbah kebencanaan, sehingga masyarakat lebih awas dan peduli terhadap isu lingkungan dan perubahan iklim yang kian hari kian berdampak bagi keberlanjutan hidup manusia.” Ungkapnya.
Dalam kesempatan itu juga, Kepala Badan Kesbangpol Kota Bima, Dr. M. Hasyim memberikan apresiasi kepada Wahid Foundation agar kelas-kelas perdamaian seperti yang dilakukan Wahid Foundation ini agar masyarakat bisa belajar bersama dan menjadi mercusuar yang menyuarakan pesan-pesan perdamaian di tengah-tengah masyarakat.
“Pesan-pesan perdamaian, kesetaraan, harus bisa menggelinding di tengah-tengah masyarakat, sehingga masyarakat juga bisa terlibat dan aktif dalam pengarusutamaan pesan-pesan perdamaian.” Paparnya.
Kegiatan ini dihadiri oleh lima orang perwakilan setiap desa/kelurahan sasaran program. Di Kota Bima tiga kelurahan yang menjadi sasaran program ialah Kelurahan Penatoi, Kelurahan Dara, dan Kelurahan Paruga. Sedangkan, di Kabupaten Bima, ialah Desa Rato, Desa Roi, Desa Ncera, dan Desa Samili.

Pada sesi materi, salah satu narasumber yang dihadirkan ialah Prof. Atun Wardatun yang menyampaikan materi tentang partisipasi kelompok marginal dalam pembangunan. Dalam penyampaiannya, ia menjelaskan bahwa kelompok marginal yang selama ini jarang dilibatkan dalam pembangunan masyarakat juga bisa berbuat dalam agenda-agenda Pembangunan.
Lanjutnya, salah satu dampak positif keterlibatan kelompok marginal dalam pembangunan ialah terwujudnya kesetaraan dan penghargaan pada sesama dan dengan keterlibatan seluruh elemen masyarakat kesadaran dan kebermanfaatan yang lebih luas bisa dirasakan.
“Semuanya punya kapasitas dalam pembangunan, tinggal mau apa tidak, karena hidup ini sebenarnya ialah kumpulan mau kemudian menuju mampu.” Jelas Direktur La Rimpu ini.
Diakhir kegiatan, peserta yang hadir menyusun Rencana Tindak Lanjut (RTL) yang menjadi landasan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan perdamaian di desa/kelurahan masing-masing.