Tiba-tiba di otakku bergelut berbagai pikiran. Sampai aku harus meninggalkan kursi nyaman itu. Pemandangan ke luar kaca dari sebuah restoran dengan berbagai hidangan enak itu kali ini cukup menyesakkan. View sebuah sungai yang aku kira akan melepas lelah malah menghadirkan rasa sumpek dan kalut yang tak kunjung sudah. Melihat isi bumi yang terus diangkut itu membuat perutku terasa kosong dan perih walaupun sebenarnya sedang penuh dan kekenyangan.

Ya, ini tentang sebuah daerah, yang sejak dulu di dalam imajinasiku sebagai salah satu yang terkaya. Aku pernah memiliki seorang sahabat satu circle saat kuliah yang berasal dari daerah ini. Tepatnya sebagai seorang kakak perempuan yang ngemong kami semua. Dia selalu menjadi bos bagi kami dan sangat bisa diandalkan ketika kami kumpul-kumpul terutama makan-makan. Kamar kosnya luas dan lengkap dengan fasilitas. Bagi kami fix dia anak orang berkecukupan.

Baca juga: Merawat Gerakan dan Kepemimpinan Perempuan di Desa

Orang-orang dari kampungku banyak yang bertransmigrasi ke daerah ini. Katanya karena daerah itu menjanjikan banyak penghasilan sehingga cepat menjadi kaya. Itulah yang membuat aku punya kesan bahwa orang dari daerah ini secara ekonomi tidak ada masalah.

Dari berbagai info, daerah ini juga memang yang terkaya di wilayah Borneo, itulah mungkin alasan terpilih menjadi tempat pusat negara akan dipindah. Perpindahan Ibukota diharapkan memberikan kesejahteraan dan akses rakyat terhadap layanan dan keadilan lebih merata. Tetapi apakah itu benar-benar akan terwujud? Kita boleh berdoa untuk itu.

Tanah ini memang ditakdirkan kaya. Di perutnya ada banyak sumber bumi . Batunya sangat berharga. Tanahnya subur dan kelapa sawit bisa tumbuh di mana-mana. Berbagai jenis kayu yang terkenal kualitasnya juga tumbuh di daratan pulau terluas Indonesia ini. Penduduknya pun tidak terlalu padat. Secara hitung-hitungan matematis pasti penduduknya akan hidup sejahtera aman sentosa, gemah ripah loh jinawi.

Kembali ke sungai ini. Namanya sungai Mahakam. Sungai yang menyimpan sejarah, peradaban, harapan, dan masa depan ini tampak lelah. Beban di sekujur tubuhnya terus bertambah. Tiap menit bahkan tiap detik sepanjang hari dan malam tanpa jeda terus menopang derasnya alur angkutan hasil tambang. Batu bara si emas hitam itu terus digali mendalam, ditumpuk menjulang di kapal2 itu dan berpindah tempat. Lihat lah warna air sungai yang sudah berbaur limbah. Ia tampak sudah renta namun terpaksa untuk terus bekerja.

Suhu udara di sini lumayan panas. Kemarin kami mengalami suhu 35 dan katanya bahkan bisa 38. Konon, dulu tidak sepanas ini. Sepanjang jalan ke IKN aku melihat banyak tumbuhan meranggas kekeringan tanpa dedaunan. Tinggal batang-batangnya yang tinggi menjulang kering kerontang. Kata seorang kawan, itu pohon palem yang sudah mati akibat memanasnya suhu dari bawah akibat pertambangan. Dari atas pesawat terlihat tanah ini sudah compang camping tidak rata hijaunya ibarat rambut di kepala yang dicukur tidak beraturan.

Tambang itu tentu digali dengan tujuan kemakmuran rakyat sebesar-besarnya. Tetapi rakyat yang mana, rakyat yang apa? (bacalah dengan sengau Mulan Jameela). Harapan saya, daerah ini bisa jauh lebih kelihatan kaya dari yang tampak sekarang. Bahkan surplusnya bisa mengkayakan kami juga di tanah seberang. Karena tanah, sungai, dan hutannya tidak pernah lelah bekerja. Benar-benar 24 jam 7 hari tanpa henti. Lalu kemana kebanyakan hasil kerja itu?

Daerah ini tidak tampak seperti sosialita yang bisa membeli barang mewah kapanpun dia mau! Tidak kelihatan seperti orang kaya yang bisa mendiami rumah dan tanah mereka sendiri senyaman mungkin. Tidak tampak seperti selebriti dan pejabat yang dielu-elukan dan penuh fasilitas yang mewah. Di perjalanan menuju bandara aku melihat air meluap tidak beraturan di jalan-jalan besar padahal hujan sedang tidak terlalu deras. Orang-orang kebanyakan tampak bekerja keras di berbagai sektor demi memperjuangkan sekedar perut kenyang, air bersih dan tidur nyenyak.

Baca juga: Kartini, La Rimpu, dan Desa Damai

Di sebelah sana mega proyek dibangun katanya demi masa depan yang lebih baik. Bukan hanya untuk daerah ini, tetapi untuk bangsa dan negara. Semua nampak tertata rapi. Katanya ini sudah terencana dan perlu keberanian serta kerja keras dan tentu dana yang tidak sedikit untuk mewujudkannya.

Pembangunan tentu merupakan tuntutan kehidupan. Lima tahun atau sepuluh tahun ke depan, daerah ini mungkin akan berubah wajah! Tentu saja dengan beban yang semakin bertambah! Tetapi apakah akan lebih baik dari sekarang? Itu masih menjadi tanda tanya berkepanjangan! Tetapi sungai ini memberikan rasa pesimis yang entah tepatnya mengapa?

Di kampus dan di forum kami berdiskusi. Tentang eco-theology. Tentang heterarki. Konsep-konsep yang masih terus diramu agar berdampak. Eco-theology menitip pesan bahwa manusia yang terdidik dan beriman harus mencintai lingkungan. Bahwa bumi dan seisinya ini memang untuk kebutuhan manusia, tetapi tidak untuk ketamakan! Lingkungan perlu dicintai dan kami masih terus menerjemahkan apa itu cinta agar bisa masuk menjadi kurikulum dan diajarkan.

Heterarki mengatakan bahwa power itu ada di tangan semua orang. Jangan jumawa bagi mereka yang punya kuasa, dan jangan merasa lemah bagi mereka yang dilemahkan oleh struktur Karna sejatinya semua manusia punya kapasitas bertindak!

Tetapi konsep-konsep ini akan merasuk ke mana dan berdampak sejauh mana? Dan ‘hanya’ kepada siapa? Ini juga masih terus mengundang kesunyatan yang entah kapan menemui kesudahan!

Hidup kita dan langkah kita akan berdampak? Atau hanya akan terdampak.

Aahhhrrgggh!

*Atun Wardatun, Direktur Yayasan La Rimpu

Share This

Share this post with your friends!


Warning: PHP Startup: Unable to load dynamic library 'imagick.so' (tried: /usr/local/lib/php/extensions/no-debug-non-zts-20230831/imagick.so (/usr/local/lib/php/extensions/no-debug-non-zts-20230831/imagick.so: cannot open shared object file: No such file or directory), /usr/local/lib/php/extensions/no-debug-non-zts-20230831/imagick.so.so (/usr/local/lib/php/extensions/no-debug-non-zts-20230831/imagick.so.so: cannot open shared object file: No such file or directory)) in Unknown on line 0

Warning: PHP Startup: Unable to load dynamic library 'mbstring.so' (tried: /usr/local/lib/php/extensions/no-debug-non-zts-20230831/mbstring.so (/usr/local/lib/php/extensions/no-debug-non-zts-20230831/mbstring.so: cannot open shared object file: No such file or directory), /usr/local/lib/php/extensions/no-debug-non-zts-20230831/mbstring.so.so (/usr/local/lib/php/extensions/no-debug-non-zts-20230831/mbstring.so.so: cannot open shared object file: No such file or directory)) in Unknown on line 0