Dalam pemaparan yang dilakukan, pemuda Kalampa menyoroti berbagai kekuatan yang dimiliki desa mereka, termasuk tingginya partisipasi pemuda dalam berbagai kegiatan, potensi pertanian sayur mayur, keberadaan pasar tradisional, serta tersedianya Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ) di setiap dusun. Faktor-faktor ini dianggap sebagai aset penting dalam membangun kesejahteraan dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia di desa.

Namun, pemuda juga menyoroti sejumlah kelemahan yang masih menjadi tantangan bagi desa. Minimnya akses terhadap air bersih, kurangnya tempat pembuangan sampah, serta rendahnya kesadaran masyarakat terhadap kebersihan lingkungan menjadi isu utama yang perlu segera diatasi. Selain itu, kurangnya tenaga ahli yang dapat memberikan pelatihan dan pendampingan dalam mengelola sumber daya alam juga menjadi kendala dalam upaya peningkatan ekonomi lokal.

Baca juga: Rangsang Gairah Berkarya, La Rimpu-Alamtara Adakan Coaching Clinic Penulisan

Meski demikian, terdapat berbagai peluang yang dapat dimanfaatkan untuk memperbaiki kondisi desa. Dukungan pemerintah dalam bentuk bantuan keuangan untuk kegiatan pemuda menjadi salah satu faktor pendukung utama. Selain itu, kesadaran pemuda terhadap perkembangan teknologi dan informasi juga dianggap sebagai modal penting dalam mengembangkan inovasi di berbagai sektor. Keberadaan sanggar tari dan grup marawis juga menjadi potensi yang bisa dimanfaatkan dalam pengembangan wisata budaya di desa.

Namun, pemuda Kalampa juga mengingatkan adanya ancaman yang dapat menghambat kemajuan desa, seperti meningkatnya kenakalan remaja yang berpotensi menimbulkan konflik sosial. Selain itu, ketiadaan aturan jam malam juga dikhawatirkan dapat mempengaruhi kedisiplinan generasi muda.

Melalui presentasi ini, pemuda Desa Kalampa berharap agar berbagai pihak, baik pemerintah desa maupun masyarakat, dapat bersama-sama merumuskan solusi yang tepat untuk mengatasi berbagai tantangan yang ada.

Sementara itu, perwakilan dari Desa Penapali menyoroti sejumlah kekuatan utama desa, di antaranya kekayaan sumber daya alam yang dapat dikembangkan, peran aktif serta inovasi yang dimiliki oleh para pemuda, serta hubungan kekerabatan yang erat di antara masyarakat. Faktor-faktor ini menjadi modal utama dalam mendorong kemajuan desa di berbagai sektor.

Namun, tantangan tetap menjadi perhatian. Minimnya partisipasi pemuda dalam kegiatan positif, keterbatasan fasilitas, serta anggaran yang masih terbatas menjadi beberapa kendala utama dalam upaya pengembangan desa. Untuk mengatasi hal ini, mereka melihat adanya peluang berupa dukungan pemerintah desa dalam bentuk bantuan dan subsidi, serta potensi pengembangan sektor ekonomi berbasis potensi lokal.

Di sisi lain, mereka juga mengidentifikasi ancaman yang dapat menghambat perkembangan desa, seperti fluktuasi harga bahan pokok, persaingan pemasaran produk dengan desa lain, serta minimnya tenaga ahli yang dapat mendukung pengelolaan potensi desa secara profesional.

Baca juga: Membangun Kapasitas Pemuda Desa dengan Kampo Mahawo (1)

Hasil dari presentasi ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi pemerintah desa dan para pemangku kepentingan dalam merancang kebijakan yang lebih inklusif dan berbasis kebutuhan masyarakat.

Di Desa Renda, dikenal luas sebagai penghasil tenun khas Bima yang memiliki nilai budaya tinggi serta sebagai salah satu pusat produksi bawang merah di daerah tersebut. Keunggulan ini menjadi fondasi utama dalam strategi pengembangan ekonomi desa, dengan harapan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui optimalisasi sumber daya lokal.

Namun, dalam upaya pengembangan ini, masih terdapat beberapa kendala yang dihadapi. Minimnya tenaga ahli untuk memberikan pelatihan dan pendampingan kepada para penenun menjadi tantangan utama dalam menjaga kualitas dan kesinambungan produksi. Selain itu, dukungan masyarakat terhadap program desa terkait Bantuan Langsung Tunai (BLT) dan pembagian benang mengalami penurunan akibat ketidaksesuaian data penerima manfaat, yang menimbulkan ketidakpuasan di kalangan warga.

Di sisi lain, peluang untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat masih terbuka lebar. Pemerintah terus memberikan berbagai bentuk dukungan, seperti Program Keluarga Harapan (PKH), bantuan sembako, serta bantuan benang untuk para pengrajin tenun. Selain itu, kemajuan teknologi menghadirkan kesempatan baru dalam pemasaran digital, memungkinkan produk bawang merah dan hasil tenun untuk menjangkau pasar yang lebih luas melalui platform online.

Meskipun demikian, ancaman yang harus diantisipasi juga cukup signifikan. Persaingan dengan desa-desa lain dalam pembuatan dan pemasaran produk tenun menuntut strategi inovatif agar produk Desa Renda tetap unggul di pasar. Selain itu, perubahan cuaca menjadi faktor yang dapat berdampak negatif terhadap produksi tenun dan hasil pertanian bawang merah. Kondisi cuaca yang tidak menentu dapat memperlambat proses menenun serta menghambat hasil panen bawang merah, yang merupakan sumber pendapatan utama bagi sebagian warga.

Dengan pemetaan strategi yang telah disusun oleh para pemuda desa, diharapkan berbagai program yang mendukung pengembangan ekonomi lokal dapat berjalan lebih efektif. Upaya kolaboratif antara masyarakat, pemerintah, dan pihak terkait menjadi kunci dalam mengatasi tantangan yang ada serta memaksimalkan potensi yang dimiliki Desa Renda.

Sedangkan kekuatan utama Desa Roka terletak pada keberadaan Bendungan Roi-Roka sebagai destinasi wisata unggulan. Selain itu, partisipasi aktif pemuda dalam berbagai kegiatan serta keberlanjutan warisan budaya seperti kerajinan tenun menjadi modal berharga dalam upaya pengembangan ekonomi kreatif dan pariwisata berbasis masyarakat.

Baca juga: Perkuat Agenda Program Pemberdayaan Perempuan di Kabupaten Bima, La Rimpu Audiensi dengan DPRD Kabupaten Bima

Namun, di balik potensi yang ada, berbagai kelemahan juga menjadi tantangan tersendiri. Minimnya tenaga ahli dan kurangnya pendampingan dalam pengelolaan wisata serta keterbatasan dalam pelaksanaan program desa dinilai menjadi kendala yang menghambat kemajuan. Selain itu, tingkat partisipasi masyarakat yang masih rendah menjadi PR besar bagi pemuda dalam mendorong keterlibatan lebih luas dalam pembangunan desa.

Meski demikian, peluang besar tetap terbuka. Meningkatnya minat wisatawan, terutama saat musim hujan, menjadi faktor yang bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan ekonomi desa. Selain itu, dukungan dari pemerintah desa terhadap berbagai inisiatif pemuda dan potensi sektor pertanian juga dianggap sebagai peluang emas dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Di sisi lain, pemuda juga mengidentifikasi ancaman yang dapat menghambat perkembangan desa, seperti perubahan cuaca ekstrem yang berdampak pada sektor pertanian dan pemukiman, serta meningkatnya kenakalan remaja yang berpotensi merusak harmoni sosial.

Presentasi ini menjadi titik awal bagi pemuda Desa Roka untuk menyusun langkah konkret dalam mengoptimalkan potensi desa sekaligus mencari solusi atas berbagai tantangan yang dihadapi. Dengan kolaborasi yang kuat antara pemuda, masyarakat, dan pemerintah desa, diharapkan Desa Roka dapat berkembang menjadi desa wisata yang berdaya saing dan sejahtera.

Adapun pemuda Desa Dadibou, menjelaskan potensi desa berasal dari hasil pertanian yang dapat dikembangkan menjadi komoditas unggulan. Selain itu, pemuda desa dikenal aktif dan kreatif dalam program pemberdayaan masyarakat, menjadi modal utama dalam mendorong inovasi desa.

Namun, tantangan masih dihadapi, terutama dalam hal kelemahan seperti keterbatasan sarana dan prasarana, rendahnya dukungan masyarakat, serta minimnya tenaga ahli yang dapat memberikan pelatihan dan bimbingan. Selain itu, keterlibatan anak muda dalam program desa masih perlu ditingkatkan agar peran mereka lebih optimal.

Meski begitu, terdapat sejumlah peluang yang dapat dimanfaatkan. Perkembangan teknologi membuka akses lebih luas untuk pemasaran digital, memungkinkan produk desa lebih dikenal di luar wilayah. Selain itu, keberadaan pasar tradisional yang dekat serta akses terhadap produksi yang mudah menjadi keunggulan tersendiri bagi para pelaku usaha di desa.

Di sisi lain, ancaman yang harus diantisipasi meliputi cuaca yang tidak menentu yang berdampak pada hasil pertanian, persaingan dengan produk lain, keterbatasan modal produksi, serta kurangnya keterampilan dalam desain dan pemasaran produk.

Dengan hasil analisis ini, pemuda Desa Dadibou berkomitmen untuk merumuskan strategi konkret dalam pengembangan desa. Beberapa langkah yang mulai disiapkan mencakup peningkatan pelatihan kewirausahaan bagi pemuda, optimalisasi teknologi digital untuk pemasaran produk, serta penguatan kolaborasi dengan berbagai pihak guna meningkatkan kapasitas sumber daya manusia di desa.

Diharapkan dengan inisiatif ini, Desa Dadibou mampu berkembang secara berkelanjutan dan menjadi contoh pemberdayaan pemuda dalam membangun desa yang lebih maju dan mandiri.

Dengan adanya KIP Batch 2, diharapkan para pemuda dapat membawa perubahan positif di desa masing-masing. Lebih jauh lagi, program ini diharapkan dapat memperkuat gerakan pemuda dalam membangun desa damai yang inklusif, toleran, dan berdaya. Kegiatan ini juga menjadi momentum penting dalam memperkuat sinergi antara pemuda, komunitas, dan pemangku kepentingan lainnya dalam membangun masa depan yang lebih harmonis di Kabupaten Bima. Dengan meningkatnya kapasitas pemuda dalam manajemen organisasi dan branding, diharapkan gerakan perdamaian yang digagas dapat berkembang lebih luas dan memberikan dampak yang nyata bagi masyarakat.[]

*Feriyadin, Pengurus Yayasan La Rimpu dan Dosen STIPAR Soromandi Bima