Baru-baru ini di Bima dihelat festival budaya dengan tema Rimpu Mantika. Artinya berbusana rimpu (pakaian khas perempuan Bima) yang cantik. Pada dasarnya pakaian yang dikenakan perempuan untuk rimpu adalah tenunan tradisonal dari kain nggoli, yakni kain pintalan yang umumnya dibuat dengan pengetahuan lokal, bercirikan warna-warna mencolok.  

Sekarang, industri rumah untuk menghasilkan tembe nggoli (sarung nggoli) sudah mulai tumbuh lagi, meski tidak semassif tempo dulu ketika rimpu jadi pakaian umum perempuan Bima. Namun, sebagai peluang ekonomi perlu dipikirkan kembali dan terus didorong, sebagai salah satu pintu masuk pemberdayaan perempuan. Maka perlu dipikirkan adanya Uma Nggoli (rumah kain nggoli atau rumah tenun).

Uma Nggoli bisa diproyeksikan sebagai sentra industri bagi para ibu rumah tangga. Ada banyak kegiatan yang bisa dilakukan di sana. Bahkan, ke depannya Uma Nggoli bisa dibuat sebagai wadah “Muslim-ethnic fashion” di Indonesia. Ini marketable dan brending mengingat budaya rimpu dalam masyarakat Bima dianggap sebagai budaya Islam yang pernah massif.

Projek ini perlu agen atau aktor yang menggerakkannya, agar kreatifitas sosial seperti ini tidak berlalu begitu saja, tidak musiman. Di La Rimpu ada program CEGAT, singkatan dari CareEntrepreneurshipGreenArt, dan Tourism. Nah, Uma Nggoli bisa memadukan aspek care (kepedulian pada budaya), green (ramah lingkungan), art (seni), dan tourism(pastinya bisa mendukung pariwisata). Ini juga bisa menjadi bagian dari geliat ekonomi kreatif seperti sering dikampanyekan oleh Menteri Sandiaga Uno.

La Rimpu Care bisa terwujud karena Uma Nggoli adalah bentuk kepedulian La Rimpu untuk mendokumentasikan sejarah dan perkembangan nggoli dari awal, corak dan maknanya yang bervariasi dari tiap desa yang menghasilkan nggoli, serta database perempuan penenun beserta hasil karyanya di Kota Bima dan Kabupaten Bima. 

La Rimpu Entrepreneurship difasilitasi melalui Uma Nggoli karena rumah atau bangunan ini akan menjadi pusat pemasaran bagi sarung tenun beserta produk diversifikasi kain tenun sepert tas, sal, sepatu, baju, dan lain-lain sehingga menjadi “muslim-ethhnic fashion”. Uma Nggoli juga akan memfasilitasi alat-alat serta bahan untuk produksi tenunan berkualitas.

La Rimpu Green diproyeksikan oleh Uma Nggoli dalam upaya menggunakan pewarna alami bagi benang sebagai bahan dasar kain tenun serta bahan-bahan dan proses pengerjaan lainnya yang lebih eco-friendly.

La Rimpu Art dalam Uma Nggoli adalah dengan mendorong kreatifitas para perempuan untuk terus menghasilkan produk-produk yang bervariasi dari kain tenun sehingga kain tenun Bima bisa merambah kepada produksi segala macam busana masyarakat  agar betul-betul menjadi identitas dan mendorong semakin tingginya supply and demand

La Rimpu Tourism dalam Uma Nggoli diarahkan agar bangunan ini menjadi museum bagi tersedianya informasi maupun hasil karya tenun dari masa ke masa yang bisa dinikmati oleh para wisatawan sehingga menjadi pusat pembelajaran masyarakat tentang hasil karya perempuan Bima yang bernilai tinggi ini. Museum Uma Nggoli ini diharapkan menjadi salah satu destinasi wisata edukasi bagi masyarakat maupun wisatawan. 

Ayo, La Rimpu dan masyarakat Bima, bisa!